Analisa Usaha Cacing Sutra

Analisa Usaha Cacing Sutra - Sebuah analisis usaha sangatlah penting untuk mengetahui kelayakan suatu usaha apakah  bisa mendapatkan keuntungan yang layak atau tidak. Langkah pertama untuk menganalisa suatu usaha adalah menentukan biaya produksi kemudiabiaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan usaha.



Biaya produksi dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu musim produksi, sedangkan biaya variable merupakan biaya yang habis dalam satu musim produksi. Analisis finansial sangat dibutuhkan dalam usaha apapun untuk mengetahui tingkat efisiensi, serta tingkat keberhasilan usaha dan layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan.

Analisa Usaha Cacing Sutra

Usaha budidaya cacing sutra dengan nampan ini sangat menjanjikan. Bayangkan hanya dengan 100 buah dan biaya produksi Rp 3.508.250,-  setahun bisa menghasilkan pendapatan dari penjualan cacing sutra setahun yang mencapai Rp 11.625.000,-.Berarti bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 8.116.750,-/ 1 rangkaian rak. Penghasilan dalam 1 bulan hanya dengan 1 rangkaian rak nampan yang berisi 100 nampan besar adalah Rp 676.396,-

Apabila kita mempunyai 10 rangkaian rak nampan besar maka keuntungan pertahun yang bisa didapat adalah sekitar Rp 81.167.500,-, dan penghasilan/bulannya bisa mencapai Rp 6.763.960,- sebuah penghasilan yang tinggi untuk ukuran sekarang. Apalagi dengan berbudidaya cacing sutra dengan nampan ini tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas dan bisa juga di pekarangan atau sekatan rumah kita.

Berdasarkan nilai pendapatan dan biaya produksi, didapatkan nilai rationya 3,31. R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya cacing sutra dengan media kolam semen ini akan memperoleh penghasilan Rp. 3,31,-.

Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel analisa usaha cacing sutra dengan menggunakan nampan besar adalah sebagai berikut :


(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Reproduksi Cacing Sutra

Reproduksi Cacing Sutra - Cacing Tubifex sp adalah termasuk organisme hermaprodite. Pada satu individu organisme ini terdapat 2 (dua) alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur.



Hasil perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan oleh cacing yang telah mengalami kematangan sel kelamin betinanya. Telur ini selanjutnya dibuahi oleh kelamin jantan telah matang.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Cacing Tubifex sp

Seputar Cacing Sutra - Termasuk ke dalam pilum Annelida, kelas Oligochaeta, subklas Haplotaksida, famili Tubiidae dan genus Tubifex (Yurisman dan Sukendi, 2003). Ciri umum Cacing Tubifex sp adalah memiliki 2 jenis alat kelamin. Sepasang berupa testes, dan sepasang lagi ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI. Reproduksi umumnya seksual (Brinkhurst dan Pinder, 2000).



Priyambodo dan Wahyu ningsih (2001) menjelaskan bahwa tubuh Cacing Tubifex sp berukuran kecing, ramping, bulat, dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh Cacing Tubifex sp terdiri dari dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing Tubifex sp ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara.

Sedangkan Departemen Pertanian (1992) menambahkan dari setiap tubuh Cacing Tubifex sp pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup Cacing Tubifex sp menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak berputar-putar (Chekanovskaya, 1967).

Kemudian dinyatakan oleh Fadholi et al., (2001) menunjukan bahwa cara makan Cacing Tubifex sp yaitu dipermukaan atau didalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.



Ciri selanjutnya dinyatakan oleh Sarwosari (1992), bahwa Cacing Tubifex sp ini berwarna merah, karena darahnya mengandung pigmen jenis erythrocrourin, salah satu jenis pigmen darah berwarna merah, makanan utama Cacing Tubifex sp adalah alga, diatom serta detritus dari berbagai macam hewan dan tumbuhan tingkat rendah.

Sama seperti Cacing yang lain, spesies Cacing Tubifex sp ini merupakan jenis hermaprodit tetapi untuk mebuahi sel telurnya diperlukan sperma dari cacing lainya dan berkembang biak dengan car bertelur dari betina yang telah matang telur (Supeni et al., 1994).

Telur Cacing Tubifex sp terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur, panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon (Chumadi dan Suprapto, 1986).

Cacing Tubifex sp dewasa dapat menghasilkan kista telurnya yang dapat bertahan dalam kekeringan selam dua minggu dan lebih lama lagi pada daerah pembuangan yang ditutupi oleh sampah (Arkhipova, 1996). Cacing Tubifex sp memiliki oligochaeta yang bergerak dengan kontraksi peristaltik (Seymur, 1969). Kontraksi otot melingkar dan pemanjangan segmen tubuh adalah hal terpenting dalam merangkak berlahan dan selalu menghasilkan tekanan cairan tubuh. Kontraksi otot memajang penting dalam menggali, memperluas galian atau melekatkan diri pada dinding liang yang digali (Barnes, 1974).
Cacing Tubifex sp digunakan sebagai pakan alami untuk benih yang agak besar. Pengertian yang lebih akrab untuk menyebut usaha penyediaan bibit cacing ini adalah Kloning, yaitu penumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Namun, untuk menyeragamkan dengan beberapa istilah lain yang telah lazim dipakai, baiklah kita gunakan istilah kultur.

Cacing Tubifex sp sering disebut cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukurannya kecil dan ramping, panjang 1-2 cm. Warna tubuhnya kemerah-merahan. Cacing ini termasuk kelompok Nematoda. Tubuhnya beruas-ruas. Cacing Tubifex sp ini memiliki saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak di bagian sub – terminal.

Cacing Tubifex sp banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik, makanan utamannya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernapas. Perairan yang banyak dihuni Cacing Tubifex sp ini sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai.

Cacing Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan makanan. Cacing Tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara. Cacing Sutra (Tubifex sp) merupakan organisme dasar (benthos) yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar-putar.



Cacing Tubifex sp mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: 1). Berwarna merah kecoklatan dengan panjang berkisar antara 10-30 mm, yang terdiri dari 30-60 segmen, 2). Memiliki dinding yang tebal yang terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Perkembangannya dapat dilakukan secara pemutusan ruas tubuh dan pembuahan diri (hermaprodit).
Telur cacing Tubifex sp terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat, panjang 1.0 mm dan diameter 0.7 mm yang dihasilkan oleh kelejar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut klitelum. Cacing Sutera (Tubifex sp) berkembang dan menghasilkan kokon pertama sekali setelah berumur 40-45 hari. Jadi siklus hidup Cacing Sutera (Tubifex sp) dari telur hingga menetas (menjadi dewasa) dan bertelur kembali membutuhkan waktu 50-37 hari.

Cara makan Cacing Sutra (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan atau di dalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Panen Cacing Sutra

Panen Cacing Sutra - Panen cacing sutra sebagai berikut:



 a. Panen cacing sutra dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bisa dipanen setiap 2 (dua) minggu sekali.

b. Cara pemanenan cacing sutra dengan menggunakan serok halus/lembut. Cacing sutra yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan ke dalam ember atau bak yang diisi air, kira-kira 1 cm di atas media budidaya agar cacing sutra naik ke permukaan media budidaya. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam. Setelah enam jam, cacing sutra yang menggerombol di atas media diambil dengan tangan.



c. Dengan cara ini didapat cacing sutra sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu.

d. Untuk mendapatkan cacing sutra yang cukup dan berkesinambungan, panjang parit perlu dirancang sesuai dengan keperluan setiap harinya. (Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Makanan Cacing Sutra

Makanan Cacing Sutra - Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga butuh makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan.




Cara makan cacing sutra adalah dengan cara menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga harus menyediakan makanannya tersebut.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra

Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra - Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.



Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra:

a. Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm.

b. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur. Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolamdibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.

c. Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjangsekitar 15 cm.

d. Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.

e. Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggapbanyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.

f. Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dantidak terdapat lumpur yang keras.

g. Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur

tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semuabagian.

h. Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.

i. Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuaipanjang pipa pembuangan.

j. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.

k. Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.

l. Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalambaskom agar gumpalannya buyar.

m. Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruhpermukaan kolam secara merata.

n. Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.


Selain hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang penting untuk anda perhatikan dalam budidaya cacing sutra antara lain sebagai berikut:



a. Wadah budidaya dapat berupa parit beton atau wadah yang dilapisi plastik, lebar 0,5 meter.

b. Pakan cacing sutra bisa berupa campuran kotoran ayam segar 50% dan lumpur kolam 50%. Tinggi media 5 cm.

c. Pemupukan ulang dilakukan dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9% dari volume awal, dilakukan setiap minggu.

d. Media dialiri air irigasi, dengan debit air 900 ml/menit.

e. Benih cacing sutra ditebar sehari sesudah media kultur dialiri air, yaitu sebanyak 2 gram/ m2.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Penebaran Bibit Cacing Sutra

Penebaran Bibit Cacing Sutra -  Selama Proses Budidaya Cacing Sutra lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik.


(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Pemupukan Cacing Sutra

Pemupukan Cacing Sutra - Lahan dipupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200-250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.




Cara pembuatan pupuknya :

a. Siapkan kotoran ayam, jemur 6 jam.

b. Siapkan bakteri EM4 untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Cari di toko pertanian atau toko peternakan atau balai peternakan.

c. Aktifkan/Kembangkan dulu bakterinya. Caranya ¼ sendok makan gula pasir + 4ml MA11 + dalam 300ml air terus diamkan kurang lebih 2 jam.

d. Campur cairan itu ke 10kg kotoran ayam yang sudah dijemur tadi, aduk hingga rata.

e. Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari

(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Persiapan Media Cacing Sutra

Persiapan Media Cacing Sutra - Media perkembangan cacing sutra dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air.



Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Persiapan Bibit Cacing Sutra

Persiapan Bibit Cacing Sutra -  Bibit cacing sutra bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam.


Catatan : Sebaiknya bibit cacing sutra di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Budidaya Cacing Sutra

Budidaya Cacing Sutra - Berikut tahapan budidaya cacing sutra:




0 komentar:

Habitat Cacing Sutra

Habitat Cacing Sutra - Cacing sutra hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm.Seperti hewan air lain maka air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup cacing sutra ini. Parameter air yang optimal untuk Budidaya cacing sutra adalah:




• pH                             : 5,5 -8,0
• Suhu                          : 25 – 28 C
• DO (oksigen terlarut) : 2,5 – 7,0 ppm
• Amoniak                    : <3,6



Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.

Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur.(Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Cacing Sutra untuk Ikan Lele

Cacing Sutra untuk Ikan Lele - Cacing sutra di toko-toko tempat penjualan ikan lele kadang kala kosong, mungkin karena stok di pembudidaya belum ada. Anda jangan khawatir dan pasrah dengan keadaan, cobalah mandiri dan mulailah budidaya cacing sutra dari sekarang.



Budidaya cacing sutra sangat bermanfaat untuk ikan hias, salah satunya ikan cupang. Budidaya cacing sutra sangat mudah dan gampang, tidak repot dalam pemeliharaan, serta pakan cacing yang relatif murah bila anda beli. Budidaya cacing sutra adalah solusi untuk lebih irit biaya dan mudah mendapatkanya ketimbang anda beli yang belum tentu ada. (Jual Cacing Sutra)

0 komentar:

Cacing Sutra

Cacing sutra (Tubifex), sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik.


Cacing sutra merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk memberi makan ikan yang anda pelihara, terutama pada saat fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias anda karena memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang dan sangat bagus untuk pertumbuhan ikan.

Di dalam tubuh Cacing sutra terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias.

Cacing sutra biasanya diperoleh dengan cara menambang/mengambilnya dari sungai. Kegiatan penambangan ada yang dilakukan dengan cara menyelam. Apabila seorang penyelam menemukan koloni cacing sutera di dasar sungai, maka koloni cacing tersebut akan ditambang  (diangkat) dari dasar sungai. Namun apabila penyelam tidak menemukan koloni cacing sutera di dasar sungai yang diselami, maka dia akan berpindah ke lokasi lain, yang jaraknya bisa beberapa kilometer dari lokasi semula.

Kegiatan penyelaman/pengambilan cacing tersebut dilakoni karena nilai ekonomi Cacing sutra yang cukup menjanjikan. Harga Cacing sutra berkisar antara Rp. 5. 000,00 sampai Rp. 7.000,00 per satu kaleng kecil (250 ml/kaleng susu).


Kini banyak upaya yang dilakukan untuk mengembangkan budidaya Cacing sutra di daratan. Dengan budidaya tersebut diharapkan mempermudah pengguna Cacing sutra, setidaknya tidak perlu lagi menyelam ke dasar sungai yang pekat yang dalamnya mencapai 7 m bahkan lebih.

Pengembangan budidaya Cacing sutra saat ini sudah banyak dilakukan. Teknik budidaya cacing sutera secara umum dapat dilakukan pada media lumpur yang dicampur dengan kotaran ayam dan bekatul. Bibit Cacing sutra yang diperoleh dari alam ditanamkan ke dalam media tersebut setelah dikarantina terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri patogen yang dibawa dari habitat asalnya. Sebelum ditanami cacing sutra, media difermentasi terlebih dahulu dengan direndam air selama lebih kurang 3 hari. Selama proses budidaya, media dialiri air dengan debit sekitar 3 liter per detik. Panen cacing sutra dapat dilakukan seminggu sampai dua minggu setelah ditanam. Jika dibiarkan terlalu lama, maka jumlah cacing sutra akan berkurang kembali, karena secara alami terjadi persaingan antar-cacing itu sendiri.

Hasil produksi dari budidaya Cacing sutra mencapai dua kali lebih banyak dibandingkan di habitat aslinya. Apabila budidaya dilakukan di pinggir sungai, maka produksi akan lebih banyak lagi. Dengan demikian budidaya cacing sutra yang sudah mulai diperkenalkan saat ini bisa meningkatkan penghasilan, mengingat permintaan Cacing sutra masih cukup tinggi.

Apabila  hasil budidaya Cacing sutra kita mencapai 200 kaleng per minggu. Kalau harganya Rp. 5000,00 per kaleng, maka penghasilan kita bisa mencapai Rp. 1 juta per minggu. Jumlah penghasilan yang tidak bisa dikatakan kecil untuk ukuran masyarakat saat ini. (jual cacing sutra)

0 komentar: